Latest News

Test Footer

Technology

Recent Posts

Thursday, 19 June 2014

10 kata bijak dari para tokoh dunia tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi kegagalan

 kata bijak, kata mutiara, motivator, motivasi
10 kata bijak dari para tokoh dunia tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi kegagalan

Dalam kehidupan ini, kita semua mungkin pernah mengalami kegagalan. Namun apa maknanya? Perbedaan utama antara orang yang benar-benar sukses dan gagal adalah sikap mereka menghadapi kegagalannya. Bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi kegagalan?

Berikut adalah 10 kata bijak dari para tokoh dunia tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi kegagalan:



1. “Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan.” (John F. Kennedy)

2. “Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi.” (Orison Swett Marden)


3. “Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali ketika kita jatuh." (Confusius)


4. “Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.” (Thomas Alva Edison)


5. “Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni, orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak, dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir.” (W.A. Nance)


6. “Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.” (Winston Chuchill)


7. “Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan.” (General Colin Powell)


8. “Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua, yaitu mereka yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak pernah memikirkannya.” (John Charles Salak)


9. “Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa dan tidak menjadi apa-apa.” (Denis Waitley)


10. “Kegagalan adalah satu-satunya kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdik.” (Henry Ford)


Tidak ada orang yang gagal namun yang ada hanyalah orang yang berpikir dirinya gagal. Gagal bukanlah satu kesalahan, kegagalan hanyalah sebuah proses menuju kesuksesan yang lebih besar.




Wednesday, 29 February 2012

Wishful Wednesday [1]

Ada 'mainan' baru nih di blog, namanya Wishful Wednesday. Ikutan blog hop-nya Astrid. Yah, mengkhayal boleh lah, kali-kali ada yang membaca #kode yang ada di sini. Hehehe...

Ini aturan mainnya:
1. Silakan follow blog Books To Share � atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Nah, untuk yang pertama, adalah buku-bukunya Haruki Murakami tapi yang covernya terbitan Vintage.



Pertama gue membaca buku Murakami, Kafka on Shore, gue rada gak ngerti dengan jalan cerita yang 'ajaib' itu. Ditambah isinya yang lumayan vulgar. Tapi, saat gue membaca kumpulan cerita 'Birthday Stories', tiba-tiba gue jadi penasaran dengan karya-karya beliau yang lain. Ditambah lagi, cover terbitan Vintage yang unik. Gak banyak warna, paling hitam, putih, abu-abu, atau kadang plus warna merah.

Sejauh ini, yang tambahan baru di koleksi Haruki Murakami gue adalah Dance.. Dance.. Dance... Semoga kesampaian untuk nambah dengan buku yang lain.

Tuesday, 28 February 2012

Rumah di Seribu Ombak

Rumah di Seribu Ombak
Erwin Arnada
Gagas Media - Cet. I, 2011
388 hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)

�Allah memberkati kita dengan keberanian. Rasa takut adalah hal yang kita ciptakan sendiri. Perasaan apa yang nanti menguasai kita adalah pilihan kita sendiri��
(hal. 197)


Bicara tentang Bali, pastinya gak pernah lepas dari yang namanya pantai. Gak afdol, kalo ke Bali, gak main-main di pantai, meskipun hanya sebentar.

Gak terkecuali buku ini. Berkisah tentang persahabatan antara Samihi dan Wayan Manik � atau yang akrab dipanggil Yanik. Semua bermula ketika Yanik menyelamatkan Samihi dari keroyokan anak-anak yang ingin mencuri sepedanya. Sejak itulah, di mana ada Samihi, hampir selalu ada Yanik.

Yang membuat persahabatan mereka jadi unik, adalah latar belakang yang berbeda. Samihi beragama Islam dan Yanik beragama Hindu. Mereka berdua tinggal di Desa Kalidukuh, Singaraja. Daerah ini memang terkenal dengan penduduknya yang mayoritas Muslim. Dua kelompok penduduk dengan keyakinan yang berbeda ini hidup berdampingan dengan rukun.

Samihi mempunyai trauma takut dengan air. Gara-gara kakaknya yang meninggal karena tenggelam di laut. Sementara Yanik, adalah anak pantai sejati. Pantai Lovina yang terkenal dengan lumba-lumbanya itu adalah tempat Yanik menghabiskan waktunya. Tempat bergantung untuk mencari nafkah sekaligus berselancar. Yanik lah yang berperan besar dalam membentuk Samihi menjadi anak yang lebih tangguh dan percaya diri.



Sayangnya persahabatan mereka harus �terhenti�, sebuah luka lama terkoyak. Yanik ternyata menyimpan cerita sedih. Awalnya cerita ini adalah sebuah rahasia. Yanik berbagi dengan Samihi, yang sudah berjanji untuk tidak menceritakan kembali pada siapa pun. Tapi, demi menyelamatkan sahabatnya itu, justru Samihi harus �membongkar� rahasia itu pada polisi adat. Sejak saat itu, persabahatan mereka mulai renggang.

Cerita dalam buku ini sederhana, tapi makna tidak sesederhana itu. Di tengah kondisi Indonesia yang kadang beda dikit bentrok, ada ormas-ormas yang merasa lebih baik dari pihak lain, dikit-dikit ribut, bentrok. Aduh.. bikin suasana jadi gak tenang. Baca buku ini, rasanya jadi ademmmm� judulnya udah �indah�, terkesan romantis (hahaha.. banyak yang kecele dengan judulnya nih), covernya juga teduh� cara penuturannya juga tenang banget. Tapi, endingnya.. huhuhuhu�. Sedih sekali�

Ditulis oleh Erwin Arnada, mantan pemred majalah yang bikin heboh itu. Novel ini sendiri hasil karya selama mendekam di LP Cipinang dan akan segera beredar film-nya.

Murder on the Orient Express


Murder on the Orient Express
(Pembunuhan di Orient Express)
Agatha Christie @ 1920
GPU � Cet, VIII, Juli 2007

Hercule Poirot, si detektif bertubuh mungil, berkepala bulat telur dengan kumis melintang dan sangat apik, menolak orang yang meminta pertolongannya, hanya gara-gara dia gak suka sama wajah si orang itu. Dan, malamnya, orang itu ditemukan tewas.

Hercule Poirot sedang dalam perjalanan kembali ke London menggunakan kereta api Orient Express. Seperti biasa, Poirot mengamati semua penumpang yang ada di kereta itu. Ia menilai karakter masing-masing orang dari pengamatan sekilasnya itu.

Orang yang meminta pertolongannya bernama Ratchett, seorang pengusaha asal Amerika. Kematian Rachett cukup menimbulkan kegemparan di kereta itu. Apalagi saat itu, kereta Orient Express terjebak dalam badai salju dan tak bisa jalan.

Untung di dalam kereta itu ada Poirot dan seorang dokter bernama Dokter Constantine yang membantu menyelidiki dan menganalisa kejadia mengerikan di kereta itu. Dari hasil analisa, kemungkinan pelakunya kidal, tapi koq ada juga yang diperkirakan pakai tangan kanan. Direktur kereta api, berpendapat, bisa jadi pelakunya perempuan yang sangat marah, yang katanya kalo lagi emosi, jadi sangat bertenaga.

Satu per satu penumpang dipanggil untuk diwawancara � di antaranya pelayan dan sekretaris Rachett, seorang perempuan bernama Mrs. Hubbard yang selalu menyebut-nyebut �Putri saya� dalam setiap percakapannya, pasangan ningrat asal Hongaria � Count dan Countess Andrenyi, bangsawan asal Rusia � Putri Dragomiroff yang katanya berwajah seperti kodok beserta pelayannya, Hildegarde Schmidt, seorang guru asal Inggris, Mary Debenham, yang dicurigai karena percakapannya dengan Kolonel Arbuthnot dan orang Italia bernama Antonio Foscarelli.

Dengan rapi, Poirot menyusun hasil wawancara, mencocokkan alibi mereka dengan perkiraan waktu kejadian, mengamati sikap mereka yang luput dari pemeriksa yang lain. Sekecil apa pun itu, Poirot bisa menemukan fakta yang tersembunyi, yang cukup mengejutkan.

Setelah sekian lama, akhirnya baca Agatha Christie lagi. Perkenalan pertama dengan tante Agatha ini dari buku papa yang judulnya �Tirai�. Terus, sempet koleksi deh, ehhh.. dipinjem.. gak balik. Akhirnya, malah ada beberapa yang dikasih ke sodara-sodara. Favorit gue adalah 10 Anak Negro. Bikin merinding. Satu hari, gue sekeluarga lagi liburan di Puncak, nginep di villa gitu deh. Nah, pas malemnya ada film akhir pekan, setting-nya di pedesaan di Indonesia, ceritanya mirip dengan cerita 10 Anak Negro ini. Gue langsung merinding, karena setting di film itu sama dengan tempat gue waktu itu. Sepi, terus tokoh penjaga villa yang misterius, yang kalo di awal pasti jadi tertuduh utama. Hiiii�.

Gue lebih suka cerita yang tokohnya Hercule Poirot dibanding Miss Marple. Mungkin karena sosoknya yang lucu itu, caranya menyelidiki dan menganalisa kasus dengan �sel-sel kelabu�nya itu.

Tapi, gue rada gak �puas� nih dengan ending cerita di buku Murder on the Orient Express. Seperti biasa sih, pembunuhnya orang yang tampak baik, gak disangka-sangka, tapi di buku ini, kenapa nyaris semua penumpang ada hubungannya dengan si korban. Ini yang bikin gue jadi rada gak puas. Semua ternyata punya kedok, dan yang pasti emang punya potensi untuk jadi pembunuh.

Tuesday, 21 February 2012

Featured on CHIC


wahhh.. surprise ... surprise... waktu di-mention sama CHIC di twitter

Hah??!! Benar-benar sebuah 'kebanggaan' buat gue berhasil masuk ke dalam rubrik Blog Review di majalah CHIC


Bagi gue ini adalah sebuah 'tanggung jawab'. Artinya, gue harus lebih rajin isi blog gue ini, harus lebih banyak belajar untuk mereview buku dengan lebih baik lagi.

Dan seperti kata @balonbiru, gak boleh gak PD lagi :)

Saat majalah CHIC itu udah di tangan, gue gak berhenti bolak-balik ngeliat bagian Blog Review :D Hehehe...

Terima kasih buat CHIC.

Monday, 20 February 2012

Three Weddings and Jane Austen

Three Weddings and Jane Austen
Prima Santika
GPU � Januari 2012
464 hal.
(via bookoopedia.com)

Adalah Om Tan yang membuat gue memutuskan untuk membeli dan membaca buku ini. Gara-gara posting-an covernya di twitter, lalu gue baca sinopsisnya dan ternyata.. mmm.. menarik�

Ibu Sri � ibu dari 3 orang anak perempuan � penggemar berat Jane Austen. Masa remajanya memang dihabiskan di Inggris sana, jadi gak heran jadi beliau familiar dengan Jane Austen. Bahkan nama-nama anak perempuannya diambil dari tokoh-tokoh di novel Jane Austen � Emma dari Emma Woodhouse di novel �Emma�, Meri dari Marianne Dashwood di novel �Sense and Sensibility�, dan yang terkecil, Lisa dari Elizabeht Bennet di novel �Pride and Prejudice�.

Ketiganya bisa dibilang dalam usia yang cukup matang untuk menikah. Tapi sayangnya, tampaknya urusan percintaan ini jadi masalah yang rumit untuk ketiga gadis itu. Ibu Sri sebenarnya cukup khawatir. Maklumlah, namanya juga ibu-ibu. Permasalahan yang dihadapi ketiga anak perempuannya berbeda satu sama lain, tapi Ibu Sri selalu punya jawaban yang masuk akal dan semua itu didapatnya dari novel-novel Jane Austen.

Emma, Meri dan Lisa, sebenarnya rada �anti� dengan novel klasik. Karena bahasanya yang susah dan kadang tokoh-tokohnya menurut mereka terlalu �dangkal�. Tapi, Ibu Sri dengan sabar selalu menjelaskan dengan perlahan, hingga akhirnya mereka bisa menerima penjelasan Ibu Sri. Jadi, meskipun belum membaca buku-buku Jane Austen itu, mereka bertiga lumayan hafal dengan isi ceritanya.

Yang membuat novel ini unik, selain cover-nya itu, ya karena cara �pendekatannya�. Kalo masalah cinta sih, udah sering kan dibaca di mana-mana, tapi latar belakangnya yang bikin menarik. Kalo gue jadi anaknya bu Sri, pasti gue bilang, �Please deh, Ma.. no more Jane Austen, deh� � Hehehe� tapi, anak-anak Ibu Sri ini emang baik-baik� semuanya sama sabarnya dengan Ibunya.

Di buku ini, gak ada tokoh antagonis. Ini buku yang sangat �sopan�. Bahkan para cowok-cowoknya juga baik-baik. Ibu Sri dan anak-anaknya bergantian bercerita. Hingga kita tahu, apa permasalahan mereka masing-masing. Tapi nih� Mas Prima ini beberapa kali ketuker antara Mas Dian dan Mas Deni :D

Dulu gue sering banget beli novel �metropop�, sekarang udah jarang, kecuali dari beberapa penulis. Karena jujur, gue sering merasa rada �terganggu� dengan terlalu banyaknya kalimat berbahasa Inggris yang bersliweran. Meskipun lebay nih, gue sering berpikir, �Gue baca novel Indonesia atau Inggris sih?� Nah, membaca novel ini, bagi gue terasa lebih �membumi�. Mungkin karena latar belakang keluarga Jawa yang �kental�, para tokohnya juga sopan-sopan, masih memegang teguh adat ketimuran. Meskipun ada kalimat-kalimat berbahasa Inggris, tapi sebagian besar itu dari kutipan-kutipan buku Jane Austen. Kalo pun mereka berdialog dengan bahasa Inggris, itu tak terlalu banyak dan gak berlebihan.

Dan selesai membaca buku ini, yang ada di pikiran gue, �Segera cari novel-novel Jane Austen.�

Twivortiare


Twivortiare
Ika Natassa @ 2011
Self published via nulisbuku.com
288 hal.
(via nulisbuku.com)

Penasaran dengan ending Divortiare? Sebaiknya buruan baca buku ini. Gimana sih �nasib� Beno dan Alexandra selanjutnya.

Lewat tweet-nya, Alexandra Rhea menceritakan kehidupan setelah menikah kembali dengan Beno. Mulai dari mesra-mesranya mereka berdua kembali, cerita-cerita saat mereka masih pacaran, terus kenapa sampai akhirnya mereka bisa memutuskan untuk menikah kembali, plus pertengakaran mereka yang juga bolak-balik terjadi. Gak ketinggalan gossip-gosip barena Wina, sahabatnya Alexandra.

Awalnya, gue asyik-asyik aja baca buku ini. Karena ya alas an di atas, pengen tau aja gimana Beno dan Alexandra selanjutnya. Tapi, rada ke belakang, gue jadi agak-agak �terganggu�, atau bosan kali ya, baca tweet-nya Alexandra yang manis-manis sama Beno, mesra berdua di Amrik sana� eh, tiba-tiba ada tweet yang rada �kasar� atau �memaki-maki� Beno. Yah� mulai berantem lagi, mulai ribut lagi. Alex ngambek dan �kabur� ke rumah mereka di Kebagusan� Beno nyusul.. baikan lagi�. Gak lama.. berantem lagi� Aduh� cape� deh bacanya�

Yang menarik adalah bagian di mana mereka berdua saling menguatkan saat Alexandra belum juga hamil. Gak ada yang saling menyalahkan, tapi saling memberi semangat, meskipun dua-duanya sama-sama down.

Tapi� bagian akhirlah yang berhasil �menyentuh� gue. Tweet tentang surat dari Beno bikin gue terharu.. hu..hu.. hu� Biar deh, si Alex harus tau tuh, jangan marah-marah terus, jangan asal nuduh terus� biar dia sadar, how much Beno loves her� :D

Banyak yang jatuh cinta sama Beno.. si dokter yang cool tapi protektif banget sama Alex. Cemburu berat kalo Alex dideketin sama cowok lain, tapi tetap lempeng saat Alex marah-marah karena Beno diem aja dipegang-pegang sama dokter cantik kolegaknya di rumah sakit.

Tapi, Beno tetap cinta sama Alex, meskipun hanya bisa masak scramble egg tiap pagi plus nasi goreng nugget. Atau Alex yang bisa ketawa dan senyam-senyum dengan ke-geek-annya Beno.

Terus gue mikir nih� koq lama-lama seperti �too much information�. Twitter emang bisa dibilang sarana curhat, update status� tapi kalo baca timeline-nya Alexandra � menurut gue � terlalu �pribadi� untuk diumbar ke publik. Emang sih, dipasang �gembok�, jadi gak semua orang bisa liat timeline-nya, kalo gak diapprove sama beliau ini. Sampai-sampai gue berpikir, apa iya dalam kehidupan �nyata�, ada orang yang bercerita segitu pribadi-nya di twitter. Hehehe.. gue terlalu �berkaca� sama diri gue sendiri, yang membatasi apa yang gue bagi di ruang publik. Yang gue follow dan follower gue pun bisa dibilang yang punya minat sama dengan gue. Sementara keluarga hanya kakak dan adik gue, temen-temen kantor gak ada yang gue follow (gak ada yang tau juga sih gue punya account twitter :D)

Tapi, sarana twitter untuk menghasilkan sebuah karya boleh diacungi jempol. Udah ada beberapa buku yang gue baca yang asal atau idenya dari twitter, seperti Kicau Kacau-nya Indra Herlambang atau Tweets for Life � Desi Anwar.

Seperti biasa, Ika Natassa tampil dengan gayanya yang ceplas-ceplos. Dan, iya.. akhirnya gue follow tuh account @alexandrarheaw dan semakin gue baca timeline-nya, gue jadi merasa Alexandra� Beno.. even si mbok itu nyata.. hahahaha.. (tapi koq.. di list following justru gak ada tuh account Wina � sahabatnya sendiri?)

O ya.. sedikit �kritik�, di buku ini lumayan banyak bertebaran �typo�. Udah gitu, ada tweet yang sama yang beberapa kali diulang. Entah karena kelupaan, atau emang di-tweet beberapa kali. Soalnya hanya beda satu halaman. (gue lupa halaman berapa� catetan ketinggalan di rumah)

Thursday, 16 February 2012

Divortiare


Divortiare
Ika Natassa @ 2008
GPU � Cet. II, September 2008
288 hal.
(Gramedia PIM)

Sebenernya gue udah pernah baca buku ini. Tapi, berhubung mau baca sambungannya, Twivortiare, dan gue rada-rada lupa ceritanya, maka gue pun meluangkan waktu untuk membaca lagi Divortiare. Biar lebih inget awal mulanya gimana.

Alexandra dan Beno, adalah pasangan mantan suami-istri. Mereka berdua adalah pasangan yang super sibuk. Alexandra bekerja di bank sebagai credit analyst, sementara Beno adalah dokter bedah jantung. Jam kerja yang tak tentu, terutama Beno, yang kerap mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit. Alexandra juga sibuk banget, sering pergi-pergi ke luar kota juga. Tapi namanya sebagai istri, Alexandra juga menuntut perhatian dari suami. Bukan hanya bertemu saat sarapan atau tengah malam saat udah ngantuk-ngantuk dan gak sempet untuk berbincang-bincang lagi.

Puncaknya, komunikasi yang tak lancar, ego keduanya yang tinggi, akhirnya Alexandra memutuskan untuk berpisah dengan Beno. Daripada terus menerus bertengkar, akhirnya, itulah keputusan pahit yang akhirnya mereka ambil� berpisah.

Setelah berpisah pun, hubungan mereka bisa disebut love-hate relationship. Kalau sakit, Alexandra masih tetap meminta Beno untuk memeriksanya. Sama-sama cemburu saat melihat mantan berdekatan dengan orang lain.

Gue inget, hal pertama yang membuat gue membeli buku ini, karena gue suka dengan cara dengan buku pertama Ika Natassa � A Very Yuppy Wedding, ceplas-ceplos, meskipun kadang gue merasa �terganggu� dengan begitu banyaknya kalimat bahasa Inggris yang bertebaran. Lalu, cover-nya yang simple. Kotak �His� yang rapi, dan kotak �Her� yang berantakan. Begitu membaca buku ini, gue �mengerti�, kotak itu seolah mewakili karakter di buku ini. Beno yang cool � cenderung lempeng dan kaku. Sementara, Alexandra yang to the point, terkadang gampang �panas�, tapi juga tegas.

Banyak yang pastinya jatuh cinta sama tokoh Beno. Kaya�nya sebagai tokoh yang �tertindas� hahaha.. .sabar menghadapi Lexy, tapi kalo udah marah, kaya�nya bikin kita gak bisa berkata apa-apa. Dengan hubungan yang digambarkan seperti itu, harusnya sih �Divortiare� itu gak perlu terjadi, asal mereka mau berusaha untuk bertahan sedikit lagi (duh.. sok tau banget sih gue ini). Sementara Denny� aduh, bosen ah. Tokoh yang sok-sok romantis, sok perhatian.. biasa aja jadinya� (menurut gue lagi lhoooo�) - tapi hmm.. seandainya gue masih single, ada yang begitu ke gue sih.. gue suka-suka aja.. hehehe.. (gak konsisten..)

Oh ya, ending menurut gue juga asyik. Kalo gue jadi bertanya-tanya, kira-kira Beno sama Alexandra jadi gimana nih? Akan tetap sebagai �teman�, atau tetap ber-love-hate relationship, atau mau ada kesempatan kedua ?

Oke lah.. sekian aja untuk Divortiare ini, nantikan ya tayangnya Twivortiare� soon�

Reading Challenge 2012 - Books in English


Challenge baru lagi. Kali ini 'Books in English' di blog SurgaBuku. Syaratnya simple aja, minimal baca 1 buku berbahasa Inggris setiap bulannya. Daftarnya baru ada yang bulan January & February, yang lainnya menyusul aja deh, tergantung mood mau bacanya apa ;)

Mari membuat daftarnya:

January:
1. The Truth about Forever � Sarah Dessen
2. Charlie & The Great Glass Elevator � Roald Dahl
3. If I Have Wicked Stepmother, Where�s My Prince? � Melissa Kantor

February:
1. A Christmas Carol � Charles Dickens
2. On the Other Hand � Chris Cleave


March: 

1. The Sweetness at the Bottom of the Pie � Alan Bradley


April: ...
May: ...
June: ...
July: ...
August: ...
September: ...
October: ...
November: ...
December: ...

Wednesday, 15 February 2012

Delirium


Delirium
Lauren Oliver @ 2011
Vici Alfani Purnomo (Terj.)
Mizan, Cet. 1 - Desember 2011
518 hal.
(Gramedia Plaza Semanggi)


Hal yang paling mematikan dari yang mematikan: cinta akan tetap membunuhmu, tak peduli apakau kau memilikinya atau tidak.
[hal. 11]

Hati adalah benda yang paling rapuh. Karena itu, kalia harus sangat berhati-hati
[hal. 16]

Amora Deliria Nervosa � nama yang cantik untuk sebuah penyakit. Sudah 64 tahun lamanya, sejak Pemerintah Amerika Serikat mengidentifikasi bahwa cinta adalah penyakit yang mematikan, oleh karenanya harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. Segala hal yang berbau-bau �percintaan� atau yang menjurus ke arah itu pun dilarang. Musik-musik, puisi, buku-buku roman dilarang, karena mengandung kata-kata dan ide-ide yang berbahaya. Diseleksi dengan ketat. Kalau pun ada kisah Romeo & Juliet di buku pelajaran, itu adalah sebuah peringatan bahwa cinta itu berbahaya, bukan untuk menunjukkan keindahan cinta. Jika sepasang muda-mudi kedapatan sedang berduaan, mereka akan segera ditangkap.

Untuk mencegah penyakit cinta ini, di usia 18 tahun, setiap orang akan melalui sebuah prosedur yang akan membuat mereka terbebas dari rasa cinta. Diawali dengan serangkaian tes sebelum akhirnya melewati prosedur itu. Di dalam laboratorium, mereka akan �dibedah� dan kemudian akan kembali seperti manusia baru yang akan lupa dengan masa lalu mereka. Mereka akan jadi manusia �statis� tanpa emosi, pasangan hidup pun sudah diatur. Hubungan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik, hanya status, tanpa ada rasa kasih sayang.

Semua orang yang sudah melewati prosedur itu berkata hidupnya akan lebih bahagia dan tenang. Karena semua yang dilakukan pemerintah adalah untuk melindunig rakyatnya dari bahaya penyakit itu.

Ada orang-orang yang menolak untuk menjalani prosedur itu, hingga akhirnya mereka kabur melewati daerah Portland. Mereka disebut kaum Invalid atau Simpatisan, dan tinggal di luar perbatasan, di daerah Alam Liar. Mereka yang berhasil ditangkap dijebloskan ke penjara bernama Kriptus.

Lena Haloway, sedang dalam penantian menunggu prosedur itu. Sebagai gadis remaja, Lena sedang dalam masa bersenang-senang dengan sahabatnya, Hana. Meskipun ia masih tetap berhati-hati, tetap berlaku baik, tidak melanggar jam malam dan batas-batas lainnya.

Tapi, saat ia berkenalan dengan Alex Sheates, semuanya berubah. Awalnya, Lena piker Alex sudah �disembuhkan�, dengan melihat tiga titik bekas suntikan di lehernya. Aman untuk berdekatan dengan orang-orang yang sudah disembuhkan. Bersama Alex, Lena merasakan yang namanya gejala-gejala �penyakit� cinta ini. Lena ingin memberontak, ingin lepas dari prosedur yang sudah menantinya.

Membaca buku ini, gue merasa menonton film bernuasa �kecokelatan� atau �sephia�. Hehehe.. entahlah kenapa begitu. Gue merasa tokoh-tokohnya bermuka datar, tanpa emosi. Sementara yang berwarna hanya para remaja yang belum mengalami proses penyembuhan. Dan begitu masuk ke Alam Liar, baru warna-warna mulai muncul.

Apa ya rasanya hidup di dunia seperti itu? Dunia yang tanpa emosi? Mengerikan banget. Rasanya pasti dingin.

Buku ini menarik perhatian, sejak gue membaca sinopsisnya.Gue tau buku ini dari rubrik di Free! Magazine yang memilih buku ini jadi salah satu buku favorit di tahun 2011. Seperti Romeo & Juliet, buku ini mengisahkan kisah cinta yang �tragis�.

Tapi ya.. setelah membaca buku ini, masih ada pertanyaan yang tersisa � entah mungkin terlewat sama gue atau gimana� kenapa sih tiba-tiba Pemerintah Amerika mengkategorikan Cinta sebagai penyakit? Awal mulanya koq gak diceritain ya?

Satu lagi yang rada gak sreg sih, cover-nya hehehe�

Gak sabar menunggu lanjutan buku ini, semoga segera diterjemahkan.

Tags